Selasa, 06 Mei 2014

KOMPAS.com – Hidup tidak selalu berjalan sesuai dengan rencana dan harapan. Kenyatannya, benturan dan kendala datang silih berganti seolah menguji kekuatan Anda. Persis seperti “kerikil” dalam sepatu yang hadir hanya untuk mengotori kaki.
Kala sedang berada di masa pelik dan jauh dari menyenangkan, apakah ini berarti  Anda harus berpaling dan berhenti di tengah jalan? Tentu tidak. Sebab, Anda adalah seorang pejuang, Anda akan selalu menemukan solusi untuk bertahan!
Kehidupan bergulir dengan segenap masalah dan kebahagiaan. Bahkan, orang yang paling kaya dan bahagia sekali pun pasti memiliki konflik dalam diri mereka. Jadi, jangan berpikir bahwa di dunia ini hanya Anda yang memiliki persoalaan.
Tahukah Anda, bahwa yang membedakan orang bahagia dan tidak bahagia, bukan terletak pada materi, fisik rupawan, dan otak yang cerdas, melainkan perbedaan cara berpikir terhadap segala hal yang terjadi pada diri dan sekitar mereka. Berikut uraiannya:
Saat agenda padat dan terburu-buru
Demi mengejar deadline, Anda rela tidak makan siang, padahal belum sempat sarapan. Alhasil perut kosong tapi tenaga dan pikiran terus terkuras. Apa yang terjadi selanjutnya membuat Anda ingin menjerit dan melempar laptop ke lantai. Ternyata, si bos dengan mendadak memberikan kabar di sore hari kalau dirinya memutuskan tidak ke kantor. Kesal? Jangan tanya!
-Tenangkan diri dengan cara....
Jangan menyesali pilihan dan usaha yang telah dilakukan. “Latih diri untuk bisa berpikir secara terbuka, dan melihat masalah dari sudut pandang berbeda,” ujar James Gross, Ph.D., profesor jurusan psikolog di Stanford University.
Dibandingkan Anda mengutuk si bos karena membatalkan secara mendadak, lebih baik gunakan rentang waktu tersebut untuk memeriksa kembali kertas kerja Anda. Siapa tahu, ada hal-hal yang terlewat dan kurang teliti. Jadi, esok hari ketika bos menagih pekerjaan tersebut, Anda akan menyerahkannya dengan percaya diri.
Nah, siapa tahu bos puas dengan kinerja Anda, dan memberikan promosi cemerlang yang telah Anda tungu-tunggu. Hasilnya lebih menyenangkan bukan? Maka dari itu, hentikan kebiasaan mengeluh tanpa aksi berarti!
Saat merasa cemas dan gelisah
Suami mengatakan akan menjemput tepat waktu, kenyataannya dia sudah telat 45 menit. Padahal Anda sudah buat janji dengan dokter anak langganan. Lalu, saat melihat si kecil, wajahnya kian pucat dan hidungnya terus berair. Parahnya, tanpa beban si kecil menghapus ingus dengan taplak meja bordir kesayangan Anda. Ingin teriak sekencang-kencangnya? Tunggu dulu.
-Tenangkan diri dengan cara...
Solusi yang tepat dari “kekacauan” di atas adalah bersihkan hidung anak dengan tisu, lipat taplak meja dan masukkan ke dalam mesin cuci, lalu hubungi suami Anda untuk langsung menjemput di tempat praktek dokter. Nah, semua beres kan? Tidak perlu marah dan cemberut dengan suami, tak harus memarahi anak, dan tidak jadi terlambat.
Usahakan untuk menyimpan amarah Anda jauh-jauh dan dekatkan diri dengan solusi. Menurut James, langsung berpikir mencari solusi saat menghadapi barisan masalah, sudah mengurangi beban dan menyurutkan konflik.
Saat merasa kecewa dan terabaikan
Anda sudah merencanakan acara ngopi-ngopi di sebuah kafe kecil dengan para sahabat. Tiba-tiba hujan besar dan jalanan macet. Akhirnya, tiga dari enam orang sahabat batal datang karena cuaca dan kondisi jalanan yang padat merayap.
-Tenangkan diri dengan cara....
Gaya meluapkan emosi zaman sekarang salah satunya adalah menyindir lewat status di media sosial. Namun, ingat, tahan diri untuk mengumpat sahabat lewat status. Mengapa? Cara ini sangat memalukan, tidak terpelajar, dan hanya membuat Anda tampak seperti seseorang tanpa nyali berotak dangkal.
“Di setiap kegagalan, terdapat “ruang tunggu” untuk kebaikan di masa mendatang. Anggap saja pertemuan yang kurang berjalan sempurna tersebut sebagai anugerah untuk semakin akrab dengan tiga orang sahabat yang hadir. Selain itu, ini berarti ada pertemuan selanjutnya di mana semua sahabat harus hadir lengkap. Nah, setidaknya, dengan adanya rencana di kemudian hari tersebut, Anda jadi punya tujuan, ” jelas James.
Menurut Madelon Peters, Ph. D, Profesor Psikologi, di Maastricht University, membangun optimisme semangat, dan motivasi dalam diri dapat membuyarkan stres. Latih diri untuk menjalani hidup dengan pemahaman yang demikian. Sebab, ini tak hanya akan membuat Anda lebih bahagia, tetapi juga bisa mengarahkan hidup pada nasib yang lebih menguntungkan.

Dikutip dari ; KOMPAS.COM

0 komentar:

Posting Komentar